Ketika Hery Sembodo mampu mengemudikan Kijang Innova dengan konsumsi bahan bakar 1:15 lebih untuk luar kota, Kompas.com menanyakan, berapa konsumi dalam kota? "Rata-rata sekitar 1:10, 1:11 lah," ujar Hery.
Jawaban anggota Innova Community itu bikin penasaran Kompas.com, bisa atau enggak mencapai angka segitu? Peminjaman Innova disampaikan ke PT. Toyota Astra Motor (TAM) selaku agen tunggal pemegang merek Toyota di Indonesia. Ternyata, permohonan dikabulkan dan pihak TAM menyediakan satu unit Kijang Innova tipe E 2008 manual yang merupakan varian terendah dibandingkan tipe G dan V. Namun, tampilan eksteriornya ya beda tipis sama dua varian tadi.
Jawaban anggota Innova Community itu bikin penasaran Kompas.com, bisa atau enggak mencapai angka segitu? Peminjaman Innova disampaikan ke PT. Toyota Astra Motor (TAM) selaku agen tunggal pemegang merek Toyota di Indonesia. Ternyata, permohonan dikabulkan dan pihak TAM menyediakan satu unit Kijang Innova tipe E 2008 manual yang merupakan varian terendah dibandingkan tipe G dan V. Namun, tampilan eksteriornya ya beda tipis sama dua varian tadi.
Yang membedakan, pada Innova tipe E ini tidak ada lampu kabut dan penghapus kaca belakang. Namun, kaca spion sudah dilengkapi lampu sein, meski menekuknya masih menggunakan tangan. Kemudian, pada bumper belakang sudah memakai bumper protection.
Kondisi mobil maupun mesin 1TR-FE betul-betul standar. Tak ada komponen yang diganti atau ditambah seperti yang sudah dilakukan Hery. Sudah begitu, jam terbang Innova yang dites ini sudah menempuh jarak lebih 5.000 km.
Dua Model Tes
Tes yang Kompas.com lakukan tidak keluar kota, tetapi dalam kota dan difokuskan pada pemakaian bahan bakar. Metode pengetesan tanpa menggunakan alat, hanya full to full tangki bensin yang pada Innova ini diisi Premium. Padahal, kompresinya 1:9,8 yang seharusnya memimun Pertamax.
Sekalipun Premium, mesin 1TR-FE tidak ngelitik. Hal ini dikarenakan mesin berkapasitas 2.000 cc itu sudah dilengkapi knock sensor. Fungsinya, mengirim data ke komputer agar setelan pengapiannya dimajukan secara otomatis.
Selama pengetesan, tak ada trik khusus atau akal-akalan, tetap menggunakan AC, meski posisi tombol di satu dan temperatur seperempat. Tekanan angin keempat roda disesuaikan dengan anjuran pabrikan, yakni 33 psi. Terpenting lagi, memperlakukan kendaraan dengan halus. Mulai dari menekan pedal gas, tak boleh dihentak lantaran sudah dilengkapi teknologi drive-by-wire. Kemudian, tidak memaksakan kerja putaran mesin dan memindahkan gigi transmisi sesuai kebutuhan.
Nah, dengan prinsip itu, tes dilakukan dua metode. Pertama, merayap di jalan protokol pada jam sibuk (pergi ke kantor dan pulang kantor). Dengan menempuh jarak total 142,8 km, 40 persen melewati jalan macet...cet...cet.... 30 persen kondisi padat merayap, dan 30 persen lagi melaju dengan kecepatan rata-rata 25 km/jam. Hasilnya, ketika tangki bensin diisi penuh (sampai luber) didapat pemakaian konsumsi 1:8,12 km.
Bisa segitu, sekali lagi karena memperlakukan mobil dengan halus. Semisal, setiap kali menggerakkan mobil (dari posisi berhenti), putaran mesin tak lebih dari 1.200 rpm (asal bergerak). Tak perlu melebihi 1.500 rpm bahkan sampai 1.800 rpm yang banyak dilakukan pengemudi karena suara mesin baru terdengar pada putaran segitu. Ketika mobil sudah bergerak (kopling terangkat), pedal gas ditekan perlahan, jangan dihentak.
Kemudian, dari persneling satu ke dua, putaran mesin dipatok sampai 1.900 rpm. Itu bisa di atas 2.000 rpm, tetapi kerja mesin sudah berat. Dari gigi dua inilah awal penentuan kecepatan. Karena ingin mendapat pemakaian bahan bakar yang baik, maka kecepatannya normal. Di sini, perpindahan dari gigi dua ke tiga dilakukan saat putaran mesin mencapai 1.900 rpm dan kecepatan menunjukkan 20 km/jam. Lantas, dengan putaran mesin 2.000 rpm, perpindahan kembali dilanjutkan dari tiga keempat, kecepatan terpatok pada angka 40 km/jam. Ini kecepatan awal yang ideal untuk melesat normal di dalam kota.
Karena banyak dihadang jalan macet, ketika mobil dalam sedang mengantre (berhenti), usahakan kaki kiri tidak menginjak pedal kopling. Karena bisa saja tanpa sadar terangkat sedikit, sementara kaki kanan menginjak pedal rem sehingga mobil tidak jalan. Namun, tenaga mesin bekerja, bikin bensin boros.
Nah, dengan teknik seperti di atas, tes kedua dijalankan di arus lalu lintas yang tidak padat. Stop and go hanya sekitar 15 persen, selebihnya mobil bisa melesat antara 25 km/jam dan 30 km/jam. Innova diajak masuk ke jalan tol dalam kota satu putaran dengan kecepatan tertinggi 90 km/jam saat menyalip dan selebihnya rata-rata 70 km/jam, kemudian masuk ke kota. Semua dilakukan malam hari mulai pukul 20.00.
Dari jarak tempuh 112,7 km, kala tangki bensin diisi kembali, tercatat angka 9,215 liter. Berarti, pemakaian bensin 1 liter menempuh jarak 12,23 km. Jika memakai Pertamax mungkin bisa lebih jauh jarak tempuhnya. Juga, bisa turun jika membawa penumpang karena dalam tes ini hanya berdua.
Komentar