Toyota Hilux E Double Cab 4x4

Toyota Hilux E Double Cab 4x4Seorang pemilik SUV diesel pun berkeliling, melihat-lihat D-Cab buatan Toyota ini, saat sedang mengisi solar di sebuah SPBU. Tak mengherankan, sebab boleh dibilang cukup lama orang menunggu kehadiran varian ini versi ATPM Toyota. Kompetitornya sih sudah malang melintang duluan dengan double-cab bermesin diesel itu.
Tetapi kali ini Toyota cukup menggebrak dengan menghadirkan D-Cab bermesin 3.000 cc common-rail diesel 4x4 yang dilego Rp 281,5 juta (on the road Jabodetabek) itu.

TANPA ABS

Toyota Hilux sudah cukup lama wara-wiri di permukaan bumi. Sejak pertama kali diperkenalkan pada 1968, Hilux merupakan pikap pengganti Stout, pikap yang mirip Datsun 'Curut' yang lebih dulu dilempar ke pasar dunia. Dengan fasilitas lebih mewah Hilux diperkenalkan.
Dari generasi ke generasi pun bermunculan Hilux baru, hingga pada pasar Amerika diperkenalkan dengan nama Tacoma, sementara di belahan dunia lain masih bertahan dengan nama Hilux hingga generasi ke tujuh yang baru saja masuk ke tanah air ini. "Wah 4WD ya?" tanya orang tersebut sembari nungging melongok kolong bagian depan mobil. Wah pak, lihat saja tuas tranfer case di kabin! Yaitu tuas pendek di samping tuas transmisi manual 5 percepatan.

Makanya, dijajal juga trek yang merupakan habitatnya. Medan berbatu dan tanah cukup mudah dilalui, tetapi ketikatanjakan terjal yang licin berlumpur, Hilux ini terpaksa berlari di tempat. Tentu saja, ban standarnya memang bukan untuk trek seperti itu. Namun, dengan power dan torsi cukup besar pada bandwidth lebar (1.400-3.200 rpm), tinggal ganti ban M/T medan berlumpur past! mudah dilalui.

Masih di atas tanah berlumpur, ada peranti yang terkadang menyulitkan di medan ini, yaitu rem dengan ABS. Karena licin, roda cenderung terkunci sementara mobil masih meluncur. Efeknya ABS akan memerintahkan rem mengurangi tekanan brake padhya, sehingga roda pun menggelinding lagi.

Nah, ini dia yang jadi masalah. Kalau di jalan aspal sih enak pakai ABS, kalau di lumpur, diinjak sekuat tenaga juga mobil enggak bakal berhenti. Untuk hal satu ini tampaknya Hilux sudah dipersiapkan terlebih dulu. Dengan rem tanpa ABS, pengemudi jadi lebih mudah mengontrol laju tunggangan di lumpur.

Peranti 4WD pun lumayan baik, rasio low gear (4L) masih terasa cukup untuk diameter luar roda berukuran 255/70 pada pelek 15 inci itu. Tak ada kesulitan melewati rintangan bebatuan di tanjakan. Lagi-lagi, jika menggunakan ban dengan telapak lebih kasar akan lebih menguntungkan di medan off-road.

Duduk di balik kemudi dan penumpang depan sih, enggak ada hal istimewa. Sama nyamannya dengan SUV dan D-Cab lain. Tetapi, kala berada di belakang, "Wah seperti duduk di Vios ya?" ujar seorang rekan yang menggunakan D-Cab merek Amerika. Berbeda dengan miliknya yang memiliki ruang kaki lebih sempit dan sandaran jok lebih tegak.

Namun soal bantingan suspensi tak berbeda dengan spesies serupa. Ayunan suspensi depan lembut tetapi belakang, ya khas pengangkut barang! Ajrut-ajrutan. Namun, jika terisi barang tentu bantingan agak keras pun mulai menjinak, mirip sedan kecil rasanya.

Tetapi berbicara soal mesin sih enggak mengenal kata jinak. Tarikannya tetap kuat mulai dari persneling 1 hingga 3, begitu 4 dan 5 mulai berkurang tetapi tak seberapa jauh. Kecepatan mudah merambah naik dari 120 ke 145 km/jam dengan gigi 5. Menjelang 160 saja mulai meredup hingga memasuki kecepatan tertinggi di 185 km/jam.

Soal kestabilan pun cukup baik, meski tergolong kendaraan tinggi, tak ada gejala limbung berlebihan kala bermanuver. Begitu pun soal kesenyapan kabin cukup bagus, tak kalah dengan mesin berbahan bakar bensin. Tentunya teknologi common-rail diesel yang sudah banyak diaplikasi beberapa merek memang meciptakan suara mesin lebih halus.

Namun, ada yang jadi pertanyaan beberapa orang, soal bagaimana Toyota memberikan perhatian soal dayatahan filter partikulat dengan kualitas solar di sini. Tampaknya, belajar dari Innova diesel dan sudah diluncurkannya Fortuner diesel dengan mesin berteknologi serupa, yaitu D-4D, tampaknya Toyota sudah siap tempur dengan mobil-mobil dieselnya di tanah air.

Pada sektor interior, kesan simpel menyelimuti seluruh kabin. Mulai dari pernik-pernik yang mengedepankan fungsi, seperti 6 buah cup holder untuk penumpang depan dan belakang, kemudian tak ada penggunaan tombol-tombol rumit soal AC dan audio, tetapi masih sanggup memberi kesan mewah. Paling menarik soal bangku belakang yang dilengkapi dengan seatbelt untuk semua yang duduk di atasnya (3 buah). Seatbelt? Bukan itu hal istimewanya, tetapi susupan ruang barang tambahan, ketika jok ini dilipat. Jadi kabin masih bisa dioptimalkan volumenya.

Maklum, terkadang meski menggunakan mobil bak, beberapa barang serba tanggung diletakkan di belakang, jadi ditaruh di dalam kabin. Dengan dilipatnya bangku belakang ini ruang barang anti-basah pun tersedia.